Ibadah Haji Itu Bukan Dari Ajaran Islam

Unknown | 18.50 | 1 komentar
Ibadah haji merupakan puncak peribadatan seorang muslim sebagai penunaian rukun Islam yang ke lima. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Tapi tahukah anda, kalau ternyata ibadah Haji itu bukan dari ajaran Islam. Eitz....Jangan anda gelisah terlebih dulu membaca pernyataan saya, labih baik teruskan membacanya.



Jauh sebelum Islam muncul, bangsa Arab sudah terbiasa berdatangan ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji setiap tahun. Dan waktunya juga pada bulan Dzulhijjah.

Ritual-ritual haji yang mereka lakukan saat itu sama dengan apa yang dilakukan umat Islam hingga hari ini. Mulai dari ihram, membawa hewan kurban, wukuf di Arafah, menuju Muzdalifah, bertolak ke Mina, tawaf, mencium Hajar Aswad sampai dengan Sa’i.

Nah, begitu Islam datang, kebiasaan ibadah Haji bangsa Arab ini langsung diwarisi oleh umat Islam. Persis dengan segala tata cara dan perisitilahan nya. Hanya saja ada sedikit revisi misalnya Islam tidak melakukan thawaf dengan telanjang. Walaupun alasan bangsa Arab melakukannya dengan telanjang bukan karena kebejatan moral mereka. Tapi dalam persepsi mereka, mereka malu untuk mengelilingi Ka’bah dan mencium Hajar Aswad dengan memakai baju yang mereka pakai pernah digunakan untuk berbuat dosa.

Jadi haji itu bukanlah ibadah umat Islam. Tapi adalah ibadah warisan dari bangsa Arab pra Islam, atau yang dikenal dengan sebutan masyarakat Arab Jahiliyah.

Apakah anda terkejut.
Jika jawab anda iya berarti kita sama. Saya juga terkejut pertama kali membaca hasil kajian sejarah Islam ini oleh Kalil Abdul Karim, dalam bukunya yang berjudul Syariah: Sejarah Perkelahian Pemaknaan (terjemahan Bahasa Indonesia). Dia adalah seorang Pemikir Islam Kontemporer asal Mesir.

Meskipun sempat terkaget-kaget, saya tidak sanggup untuk membantahnya. Karena saya belum hidup saat peristiwa itu terjadi. Dan saya pun juga belum pernah melakukan penelitian akan hal itu. Nah, sekarang tinggal giliran anda untuk menyikapinya. Silahkan. 



Omong Kosong Tuhan Tentang Takdir

Unknown | 19.06 | 4 komentar
Sebelumnya saya mengira bahwa apa yang telah terjadi terhadap diri saya itu semua adalah takdir yang telah di gariskan oleh Tuhan. Bahwa ada sesuatu yang saya tidak bisa dan berhak untuk menentukanya, yaitu : rejeki, jodoh, nasib, dan maut, kesemuanya itu telah di takdirkan oleh Tuhan. Singkatnya bahwa Tuhan telah membuat grand desain atau blue print antuk saya sebelum terlahir di bumi.



Saat saya telah berusaha kesana kemari untuk mendapatkan uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhan saya, namun hasil yang saya terima ternyata tidak sesuai dengan harapan, akhirnya saya menyimpulkan, "memang cuma segini lah jatah saya dari Tuhan".

Ketika teman-teman dan orang-orang di sekitar saya bertanya kepada saya "hey, Naz kapan nikah.? Jangan diam saja, cepat buruan cari pacar sana, terus nikah, keburu umur sudah tua loh". Saya pun dengan tenang menjawab, "nggak perlu dicari-cari nanti Tuhan akan kirimkan sendiri jodoh buat saya".

Saat melihat tetangga saya yang tadinya biasa-biasa saja, namun setelah dia giat mengasah kemampuanya dan berusaha keras yang akhirnya sekarang menjadi orang kaya dan sukses, saya pun berpendapat, "beruntung sekali orang itu, karena Tuhan telah memberikan nasib baik padanya".

Dan lagi, ketika saya mendengar berita ada seorang anak muda yang gara-gara patah hati karena cowoknya selingkuh dengan cewek lain akhirnya dia bunuh diri dengan cara meminum racun. Saya pun menanggapi, "Tuhan sudah menggariskan umurnya hanya sampai segitu"

Apakah semua itu yang disebut dengan takdir Tuhan? Apakah itu tidak sama artinya bahwa takdir Tuhan itu adalah batas ketidak tahuan saya? Batas ketidak berdayaan saya? Atau batas kemalasan saya? Ketika sesuatu sudah tidak mampu saya pahami maka itu saya anggap takdir. Ketika segala sesuau tidak bisa saya raih maka itu juga saya anggap sebagai takdir.

Dalam khotbah-khotbah agama yang saya ikuti pun selalu disebutkan bahwa "Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga kaum tersebut mau merubah keadaanya". Ketika saya miskin dan saya tidak mau berusaha untuk menjadi kaya, apakah itu berarti "takdir saya miskin".? Akan tetapi ketika saya mau berusaha dan akhirnya bisa menjadi kaya, apakah itu berarti "takdir saya kaya".? Lalu takdir saya yang sebenarnya itu yang mana.? apakah ketika "takdir saya miskin" yang sebelumnya, sudah diralat Tuhan dengan "takdir saya kaya".? Kalau begitu kok Tuhan plin-plan dan mencla-mencle dengan takdir saya.?

Kalau toh akhirnya semua itu tergantung saya sendiri yang menentukan untuk mau merubahnya atau tidak, mengapa itu harus disebut dengan takdir dari Tuhan.?


Tapi ya sudahlah. Itu semua adalah pemahaman saya dulu ketika saya masih beriman. Tapi sekarang sejak saya sudah tobat dan kembali ke jalan yang sesat, maka saya jungkir balikan semua yang saya yakini tersebut. Bahwa semua itu adalah omong kosong Tuhan tentang takdir manusia.


Setiap Manusia Itu Terlahir Dalam Keadaan Atheis

Unknown | 06.55 | 4 komentar
Pernahkah anda sebelum ada di dunia ini berencana untuk dilahirkan dimana dan dari rahim siapa.? Tentu anda sama sekali tidak mengetahuinya karena saya pun juga tidak tahu.

Ketika masih bocah, apakah anda juga mengerti  apa itu Tuhan, apa itu agama, apa itu surga dan neraka.? Tentu saja tidak ada yang tahu. Karena ketika terlahir ke dunia ini setiap bayi itu dalam keadaan Atheis alias tidak berTuhan.


Lalu sejak kapan anda mengetahui apa itu Tuhan.?

Tentu saja pertama kali sejak orang tua anda menjawab pertanyaan lugu anda ketika masih bocah "pak, yang bikin laut, sungai, langit, pohon, manusia, hewan, itu siapa sih pak".? Yang kemudian di jawab oleh orang tua anda "yang menciptakan laut itu adalah Tuhan nak, Tuhan juga yang menciptakan semua yang ada di bumi ini termasuk kamu, karena itu kamu harus menyembah dan berdo'a kepada Tuhan agar kamu kelak bisa masuk surga, sebab bila kamu tidak menyembah Nya, kamu akan di masukan kedalam api neraka yang sangat panas sekali...". Sejak saat itulah anda yang sebelumya adalah bocah Atheis terasuki imajinasi tentang Tuhan.

Dari mana orang tua anda pertama kali tahu tentang Tuhan.?


Orang tua anda mengetahui tentang apa itu tuhan, itu juga dari pertanyaan yang sama dahulu ketika dia masih menjadi seorang bocah Atheis, yang kemudian di jawab dengan jawaban yang sama oleh orang tuanya bahwa "yang menciptakan laut itu adalah Tuhan, Tuhan juga yang menciptakan semua yang ada di bumi ini termasuk manusia, karena itu manusia harus menyembah dan berdo'a kepada Tuhan agar kelak bisa masuk surga, sebab bila tidak menyembah Nya, manusia akan di masukan kedalam api neraka yang sangat panas sekali...". Dan begitu juga seterusnya.


Lalu apakah anda juga akan memberikan jawaban yang sama atas pertanyaan polos anak anda yang terlahir dalam keadaan Atheis ini...?